Analisis Pemikiran Para Kaum
Merkantilis
Sebelum abad ke-16 dan ke-17
perdagangan dinilai sebagai derajat yang rendah, kaum merkantilis telah mulai
memusatkan perhatiannya kegiatan ekonominya di dalam perdagangan terutama
perdagangan luar negeri. Pemikiran kaum merkantilis telah mengangkat pandangan
masyarakat dan negara mengenai perdagangan. Emas yang mengalir dari luar ke
dalam negeri sebagai akibat perdagangan telah memperkuat negara. Kaum
merkantilis sering disebut juga tukang batunya ilmu ekonomi pada abad ke-16 dan
ke-17.
Kaum merkantilis tua yang juga
disebut sebagai kaum Bullion seperti Hales, Miles, Gerald de Malynes
(1586-1641) dan Edward Misselden (1608-1654) menyatakan agar negara memasukkan
sebanyak-banyaknya logam mulia murni ke dalam negeri dan menahannya jangan
sampai keluar, dalam hal ini uang disamakan dengan kemakmuran.
Gerald de Malynes (1586-1641) dan
Sir William Petty (1623-1687) berpendapat bahwa turunnya bunga dan meningkatnya
perdagangan, sebagai akibat penting dari bertambahnya uang yang beredar.
Pendapat bahwa bunga adalah harga untuk uang ditolak oleh kaum klasik dan para
ahli ekonomi sesudahnya sampai dengan John Maynard Keynes (1883-1946) menulis
bukunya yang berjudul General Theory of Employment, Interest and Money yang
meminta perhatian bagi kebenaran pendapat kaum Merkantilis. Dalam hal ini
pendapat Keynes yang membela pendapat kaum Merkantilis dengan teori yang
dikenal dengan motivasi “liquidity preferences“.
Charles d’Avenant (1656-1714)
menyatakan bahwa kekayaan dalam bentuk uang hanyalah kekayaan mati. Oleh karena
itu harus diperbesar tingkat konsumsi masyarakat terutama untuk barang mewah
yang diproduksi di dalam negeri. Selanjutnya diakui oleh kaum merkantilis akan
aliran logam mulia ke Eropa Barat dalam abad ke-16 dan sesudahnya berakibat
meningkatkan tingkat harga umum di negara tersebut. Dengan demikian maka
muncullah teori kuantitas uang. Di dalam teori tersebut masih sederhana
dinyatakan bahwa keseimbangan antara tingkat harga dengan jumlah uang beredar. Dikemukakan
lebih lanjut bahwa penambahan uang beredar dengan satu persen akan berarti
naiknya harga dengan satu persen. Hal demikian berarti bahwa koefisien
elastisitas tingkat harga terhadap jumlah uang beredar sama dengan satu.
John Locke (1632-1704) mengemukakan
bahwa dalam hal ini yang harus diperhatikan bukan hanya jumlah uang yang
beredar, tetapi juga cepatnya uang beredar. Dalam hal ini kecepatan berputar
daripada uang tidaklah sama untuk semua subyek ekonomi. Menurut taksirannya
volume uang yang diperlukan untuk suatu negeri sama dengan 1/15 daripada upah
tahunan ditambah ¼ pendapatan para pemilik tanah besar setiap tahun ditambah
1/20 pendapatan para pedagang setiap tahun.
Richard Cantillon (1680-1734),
seorang bankir Irlandia dan petualang yang beremigrasi ke Paris, menyatakan
jumlah uang yang diperlukan sama dengan 1/9 hasil nasional bersih.
Teori kuantitas uang
sederhana tersebut kemudian dibelakang hari disempurnakan oleh Irving Fisher
(1867-1947), profesor ekonomi dari Yale dan pendiri aliran monetaris, dengan
rumus M x V = P x T (M adalah Money yaitu kuantitas uang yang
beredar, V adalah Velocity yaitu kecepatan uang atau perputaran uang
tahunan, P adalah Price yaitu tingkat harga umum, T adalah Trade yaitu
kuantitas barang yang dihasilkan/diperdagangkan selama setahun). Ini berarti
bahwa dalam hal kecepatan peredaran uang yang tetap (konstan) dan jumlah barang
yang sama yang diperdagankan, maka tingkat harga ditentukan oleh jumlah uang.
Irving Fisher (1867-1947) dalam hal ini telah membedakan antara uang kartal
yaitu seperti uang logam, uang kertas dan lain-lain serta uang giral yaitu uang
dalam bentuk giro, deposito, dan sebagainya yang ada di dalam bank.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar