Rabu, 28 Desember 2011

TEORI EKONOMI - David Hume,Sir W Petty,Gregory King


David Hume (1711-1776)

Dengan adanya kritik David Hume (1711-1776) maka teori pra-klasik atau merkantilisme dianggap tidak relevan. Selanjutnya Adam Smith (1723-1790) menyumbangkan pemikirannya dalam buku yang berjudul “An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations” pada tahun 1776. Sehingga muncul teori klasik atau absolute advantagedari Adam Smith (1723-1790). Pendapat Adam Smith (1723-1790) adalah sebagai berikut:

Ukuran kemakmuran suatu negara bukan ditentukan banyaknya LM yang dimilikinya.

Kemakmuran suatu negara ditentukan oleh besarnya GDP dan sumbangan perdagangan luar negeri terhadap pembentukan GDP negara tersebut.

Untuk meningkatkan GDP dan perdagangan luar negeri, maka pemerintah harus mengurangi campur tangannya sehingga tercipta perdagangan bebas atau free trade

Dengan adanya free trade maka akan menimbulkan persaingan ataucompetition yang semakin ketat. Hal ini akan mendorong masing-masing negara untuk melakukan spesialisasi dan pembagian kerja internasional dengan berdasarkan kepada keunggulan absolut atau absolute advantageyang dimiliki negara masing-masing.

Spesialisasi dan pembagian kerja internasional yang didasarkan kepadaabsolute advantage, akan memacu peningkatan produktivitas dan efisiensi sehingga terjadi peningkatan GDP dan perdagangan luar negeri atau internasional.

Peningkatan GDP dan perdagangan internasional ini identik dengan peningkatan kemakmuran suatu negara.

Sir William Petty (1623-1687) pada tahun 1679 telah menghitung pendapatan nasional Inggris yang selanjutnya melahirkan ilmu pengetahuan “Political Aritmathic”. Perhitungan pendapatan nasional terus berkembang dan menjadi isu penting di dalam ekonomi sampai dengan dewasa ini. Pendapatan nasional telah dijadikan tolok ukur atas keberhasilan suatu pemerintahan dalam mengatur ekonominya.

Gregory King (1648-1712) dalam tahun yang hampir bersamaan mengumpulkan bahan-bahan yang sama untuk membuat gambar kurva permintaan terhadap gandum dalam suatu kejadian konkrit. Menurut hukum King perubahan dalam penawaran gandum berturut-turut dengan 1/10, 2/10, 3/10, 4/10, dan 5/10, membuat harga berubah dalam arah yang sebaliknya dengan 3/10, 8/10, 16/10, 28/10, dan 45/10. Pemikiran ini semakin dikembangkan dalam teori permintaan dan penawaran oleh ekonom selanjutnya.

Gregory King’s Law, or the “King-Davenant law,” is an estimate of by how much a deficiency in the supply of corn will raise the price of corn. It appears in Davenant’s Essay upon the Probable Methods of making a People Gainers in the Balance of Trade. Since the early 19th century it has usually been attributed to King.

It is observed that but one-tenth the defect in the harvest may raise the price three-tenths, and when we have but half our crop of wheat, which now and then happens, the remainder is spun out by thrift and good management, and eked out by the use of other grain; but this will not do for above one year, and would be a small help in the succession of two or three unseasonable very destructive, in which many of the poorest sort perish, either for want of sufficient food or by unwholesome diet.
“We take it that a defect in the harvest may raise the price of corn in the following proportions:
Defect raises the price above the common rate

1 tenth …………… 3 tenths
2 tenths …………… 8 tenths
3 tenths …………… 16 tenths
4 tenths …………… 28 tenths
5 tenths …………… 45 tenths

So that when corn rises to treble the common rate, it may be presumed that we want above one-third of the common produce; and if we should want five-tenths or half the common produce, the price would rise to near five times the common rate.” (The Works of Sr William D’Avenant Kt, vol. ii, pp. 224, 225, edited by Sir C. Whitworth, London (1771)).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar